
Anak Gen Z Lebih Sering Aktif Bersosial Media – Di era digital saat ini, generasi muda, terutama Gen Z (lahir antara tahun 1997 dan 2012), membentuk identitas nasional mereka secara berbeda dari generasi sebelumnya karena keterlibatan mereka yang mendalam dengan teknologi digital dan platform media sosial. Menghadapi dinamika globalisasi dan arus informasi yang cepat, Indonesia menjadi sangat penting untuk menganalisis bagaimana penggunaan teknologi digital dan media sosial memengaruhi pemahaman, ekspresi, dan internalisasi identitas nasional Gen Z.
Makalah ini mengkaji tiga poin kunci, kontribusi teknologi digital dan media sosial terhadap pembentukan identitas Gen Z dampak spesifiknya terhadap identitas nasional dan tantangan dan strategi terkait. Gen Z sering disebut sebagai penduduk asli digital, yang tumbuh besar dengan internet, ponsel pintar, dan media sosial. Teknologi digital telah menjadi elemen penting dalam kehidupan mereka. Tidak hanya sebagai alat komunikasi tetapi juga sebagai saluran untuk ekspresi diri dan pembentukan identitas.
Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa Gen Z memanfaatkan media sosial sebagai platform utama untuk konstruksi identitas melalui unggahan, penampilan, humor, dan metode komunikasi lainnya yang bertujuan untuk “berbicara” kepada audiens daring. Lebih lanjut, sebuah studi tentang pengaruh bahasa terhadap media sosial di Indonesia menemukan bahwa gaya bahasa. Pilihan kata, dan norma komunikasi di platform daring memengaruhi konstruksi identitas anak muda Gen Z. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi digital bukan sekadar alat pasif.
Persediaan Sosial Media Lebih Banyak
Tetapi juga ruang aktif di mana Gen Z memilih, menegosiasikan, dan menampilkan identitas pribadi dan kolektif mereka. Bagaimana ekspresi diri Gen Z melalui platform media sosial berkaitan dengan identitas nasional? Di Indonesia, beberapa studi telah mengungkapkan bahwa media sosial memainkan peran ganda dalam membentuk dan memperkuat identitas nasional generasi ini. Satu studi menunjukkan bahwa platform media sosial dapat berfungsi sebagai sarana untuk menyebarkan narasi tentang nasionalisme, budaya, dan nilai-nilai kebangsaan di kalangan Gen Z.
Namun, hasil studi ini juga menunjukkan bahwa media sosial dapat menjadi platform bagi munculnya identitas dan subkultur lain yang dapat menantang narasi arus utama. Studi lain menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan internet, termasuk media sosial, terkait dengan identitas nasional. Anak muda Gen Z yang cenderung sangat bergantung pada internet memiliki identitas nasional. Yang lebih lemah daripada mereka yang menggunakannya secara lebih moderat. Sementara itu, sebuah studi berjudul “Patriotisme di Era Digital” menemukan bahwa mayoritas siswa. Gen Z sangat mendukung pelestarian nilai-nilai dan identitas nasional.
Oleh karena itu, meskipun teknologi digital dan media sosial berpotensi memperkuat identitas nasional melalui kampanye digital, konten budaya, dan komunitas daring, keduanya juga berisiko mengaburkan atau memecah belah identitas nasional jika konten internasional dan subkultur alternatif menjadi dominan. Lebih lanjut, pendidikan kewarganegaraan dan nilai-nilai Pancasila (identitas nasional) di lingkungan digital sangat penting untuk mengatasi tantangan identitas nasional Gen Z. Sebuah studi menekankan pentingnya literasi digital di ranah politik dan budaya agar. Gen Z dapat secara kritis dan proaktif menggunakan media sosial untuk membangun identitas nasional mereka.
Gen Z Memanfaatkan Sosial Media Sebagai Kebutuhan
Penggunaan media sosial yang berlebihan dan kurangnya pemikiran kritis dapat mengurangi komitmen terhadap nilai-nilai nasional. Yang sejalan dengan temuan penelitian tentang hubungan antara intensitas internet dan identitas nasional. Ketiga, narasi yang muncul di media sosial seringkali terpolarisasi, yang berpotensi menciptakan subkultur alternatif yang menyimpang dari narasi nasional yang dominan dan menyebabkan fragmentasi identitas. Namun, terdapat beberapa kendala signifikan dalam proses ini.
Anak Gen Z Lebih Sering Aktif Bersosial Media. Pertama, perolehan konten global dan budaya asing, yang mudah diakses melalui platform media sosial. Dapat mengikis keberagaman budaya lokal dan melemahkan identitas nasional. Penelitian menunjukkan bahwa kehadiran budaya global jauh lebih menonjol daripada budaya lokal di ranah digital. Sehingga berpotensi melemahkan simbol-simbol nasional yang ada. Menyediakan konten digital yang relevan dan menarik. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan warga negara dapat membuat konten media sosial yang menonjolkan nilai-nilai nasional. Budaya lokal, dan partisipasi sipil yang sesuai dengan selera Gen Z.