Pengelolaan Keuangan Bagi Generasi Z Dan Juga Milenial – Sebenarnya bukan hal baru jika generasi milenial dan generasi Z yang kini semakin mendominasi dunia kerja memiliki pengelolaan keuangan yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Dari hasil penelitian yang dirilis menunjukkan bahwa generasi milenial cenderung lebih boros, sulit menabung, dan tidak terlalu peduli dengan kebutuhan investasi di masa depan. Akibatnya, generasi milenial dan generasi Z ditengarai menghadapi risiko keuangan yang lebih besar di masa depan akibat gaya pengelolaan keuangan yang tidak sehat yang dilakukan generasi milenial dan gen Z.
Jika dibandingkan generasi yang sebelumnya yaitu generasi X dan baby boomer terlihat terdapat kesenjangan generasi yang membedakan setiap karakteristik dan gaya hidup masing-masing generasi. Perbedaan tersebut tidak lepas dari ciri umum generasi milenial dan generasi Z yang cenderung lebih dinamis, kreatif, melek teknologi, dan pragmatis. Berbeda dengan generasi baby boomer dan generasi X yang terlihat lebih idealis dan juga konservatif. Hal ini pun termasuk dalam pengelolaan uang. Di bawah ini Anda akan membahas gaya pengelolaan keuangan generasi milenial dan Gen Z.
Kebutuhan untuk menikmati pengalaman (experiential shopping) melalui jalan-jalan, kulineran, nongkrong sepulang kerja, menonton konser artis idola atau membeli barang-barang yang sedang tren, seringkali menjebak generasi Y dan Z dalam pola konsumsi yang boros. Boleh saja jika Anda ingin memperkaya pengalaman melalui berbagai tindakan konsumsi. Namun, agar keuangan Anda tetap sehat, cobalah menyiapkan alokasi khusus untuk pos pengeluaran tersier.
Misalnya dari 100% penghasilan Anda, Anda bisa menyisihkan 5%-10% untuk kebutuhan dana pos Anda. Dengan begitu, pos anggaran lain yang lebih penting dan mendesak tidak perlu diganggu. Seperti pos dana darurat, pembayaran premi asuransi, dan pos pengeluaran investasi untuk masa depan.
Generasi Yang Kekinian
Mungkin sudah sering mendengar kedua istilah ini. Kedua istilah ini sedang ngetren dan seolah menjadi mantra utama generasi muda saat ini. YOLO adalah singkatan dari prinsip hidup hanya sekali. Yang artinya nikmati hidup sekarang tanpa mengkhawatirkan masa depan. Sedangkan FOMO merupakan singkatan dari Fear of Missing Out alias rasa takut ketinggalan terhadap tren yang sedang terjadi di komunitas atau peer group yang beranggotakan generasi Y dan Z.
Kedua pandangan tersebut sedikit banyak mempengaruhi pola konsumsi generasi milenial dan Z. Misalnya, pandangan YOLO mungkin mendorong untuk memilih membelanjakan penghasilan untuk membiayai liburan ke tempat eksotik. Dibandingkan menyisihkan sebagian untuk dana pensiun. Pensiun dianggap terlalu jauh untuk mulai dipikirkan. Untuk liburan ke tempat yang eksotik akan memberikan pengalaman menyenangkan yang dapat langsung dibagikan ke akun media sosial.
Begitu pula dengan FOMO yang secara tidak sadar dapat mendorong untuk rela mengeluarkan uang untuk sesuatu yang sebenarnya tidak diperlukan. Namun penting untuk memilikinya agar tidak merasa ketinggalan tren. Misalnya berburu sneakers branded, gadget termewah dan canggih, dan lain sebagainya. Di negara Amerika Serikat, fenomena ini akan mengungkap keberanian para anak milenial dan juga generasi Z dalam menghadapi setiap utang.
Tips Mengelola Keuangan Untuk Generasi Z
Sangat ambisius untuk mencapai kebebasan finansial, namun kenyataannya justru sebaliknya. Itulah beberapa situasi yang dialami oleh Gen Z. Hasil penelitian yang dirilis Tirto pada Juli 2019 menunjukkan bahwa Gen Z cenderung lebih boros, sulit menabung, dan tidak terlalu peduli dengan kebutuhan investasi di masa depan. Kenapa ini terjadi? Padahal, kebiasaan dalam pengelolaan keuangan dapat berpotensi memberikan dampak tidak sehat terhadap keuangan jangka panjang mereka.
Gen Z merupakan populasi yang lahir antara tahun 1997 hingga tahun 2012, artinya pada tahun 2024 populasi Gen Z akan menjadi orang baru dalam dunia kerja. Sebagai tenaga kerja baru yang memulai karirnya dari bawah, mayoritas dari mereka mendapatkan gaji yang “cukup” dan keterampilannya masih minim. Dari sudut pandang ini, wajar jika pandangan keuangan Gen Z masih belum matang karena literasi keuangan erat kaitannya dengan pengelolaan nya. Sehingga semakin tinggi nya tingkat literasi keuangan akan semakin baik juga kemampuan untuk pengelolaan keuangannya. Lantas, apa saja tips pengelolaan keuangan yang sesuai dengan karakteristik Gen Z? Berikut tips mengatur keuangan yang sesuai dengan karakteristik Gen Z yaitu :
1. Akses Literasi Keuangan Digital
Gen Z identik dengan segala sesuatu yang bersifat digital. Namun dominasi jumlah penduduk juga tidak menjamin tingginya tingkat literasi keuangan. Faktanya, hampir seluruh layanan keuangan kini sudah berbentuk layanan digital oleh lembaga keuangan. Media sosial memang sulit dipisahkan dari Gen Z, namun ada baiknya Anda sebagai Gen Z beristirahat sejenak dan mengalokasikan waktu dengan bijak.
Manfaatkan platform digital menjadi sebuah sarana untuk pembelajaran literasi keuangan. Meningkatkan literasi pada keuangan bisa dimulai dengan belajar tentang keuangan secara umum, seperti cara mengelola keuangan, cara berinvestasi, asuransi, penggunaan online banking, e-wallet, atau belajar tentang investasi online yang terpercaya. Ada banyak sumber informasi yang bisa diakses seperti buku, artikel, website, dan video.
2. Hidup Hemat
Menerapkan hidup hemat atau gaya hidup hemat cocok bagi Anda Gen Z karena karir Anda masih pendek, penghasilan Anda cenderung “cukup” dan memberi Anda kesempatan untuk memulai landasan finansial yang kokoh, memberikan ketahanan menghadapi ketidakpastian ekonomi, dan mencapai kesuksesan. masa depan yang lebih stabil. secara finansial.
3. Tingkatkan Penghasilan Dengan Keterampilan Baru
Di era digital yang semakin berkembang, Gen Z mempunyai peluang emas untuk mengoptimalkan keuangannya. Memanfaatkan kursus online untuk dapat meningkatkan keterampilan yang baru dapat menjadi kunci yang penting. Seperti coding, desain, asisten virtual, dan lain-lain. Dengan memanfaatkan peluang penghasilan tambahan melalui platform online, seperti menjadi pembuat konten, penulis lepas, atau berpartisipasi dalam proyek online, Anda dapat meningkatkan penghasilan Anda.
4. Tetap Batasi Kenaikan Pengeluaran
Seiring berjalannya waktu, wajar jika kita menginginkan peningkatan pendapatan setelah bekerja dalam jangka waktu yang lama. Meski sudah menerapkan hidup hemat, peningkatan pendapatan bisa membuka peluang gaya hidup lebih nyaman. Namun disarankan untuk tidak terlalu gegabah dan tetap membatasi kenaikan pengeluaran serta fokus pada pengelolaan keuangan yang bijak. Mempertahankan gaya hidup yang rendah hati, mengidentifikasi prioritas keuangan, dan mengalokasikan dana dengan bijak akan membantu Anda mencapai tujuan keuangan tanpa terjerumus ke dalam utang atau pun konsumsi secara berlebihan.