Cara Berkomunikasi Ala Anak Gen Z

Cara Berkomunikasi Ala Anak Gen Z

Cara Berkomunikasi Ala Anak Gen Z

Cara Berkomunikasi Ala Anak Gen Z –  Gen Z merupakan generasi pertama yang tumbuh dengan teknologi digital. Hal ini mengubah cara mereka berinteraksi dengan orang-orang di sekitar mereka. Setiap generasi mempunyai ciri khas komunikasi yang unik untuk bisa menentukan komunikasi ke dalam berbagai konteks. Gaya komunikasi itu bisa menentukan seseorang dalam memandang dirinya sendiri dan mampu membangun hubungan nya dengan yang lain.

Perbedaan dari Generasi Z dengan generasi sebelumnya terletak pada penggunaan smartphone dan akses internet. Generasi ini lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Sebagai pengguna digital, akan sangat bergantung dengan smartphone ataupun perangkat modern yang lainnya. Semakin pesatnya perkembangan teknologi. mereka cenderung menghabiskan waktu menggunakan berbagai platform media sosial.

Gaya komunikasi yang disukai Gen Z adalah gaya komunikasi yang santai, berpikiran terbuka, bersahabat, dan toleran terhadap perbedaan. Generasi Z dikenal menyampaikan pesan secara singkat dan jelas. Komunikasi virtual juga sangat digemari oleh Gen Z. Aplikasi pesan grup merupakan sarana interaksi sosial dengan mengirimkan pesan secara virtual. Gen Z menggunakan obrolan grup untuk berbagi informasi dan berkomunikasi meskipun mereka mempunyai teman dari jarak jauh.

Generasi Z kurang menyukai gaya komunikasi seperti teguran langsung berupa nasehat dan terkesan menggurui. Kehadiran teknologi berhasil mempengaruhi perilaku pengguna dengan membuat orang betah berlama-lama di depan layar ponsel. Hal ini bisa menimbulkan ketidakpedulian akan lingkungan sekitar bidsa berdampak langsung dengan berkurangnya komunikasi dengan bertatap muka. Gen Z yang tumbuh di era informasi dapat menjadi generasi yang kritis dan juga memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi akan informasi yang terupdate dari berbagai sumber.

Pendekatan Dengan Generasi Z

Berkomunikasi untuk berkolaborasi dengan Gen Z memerlukan pendekatan tersendiri. Apalagi jika Anda adalah generasi yang usianya jauh berbeda dengan mereka. untuk generasi yang paling dekat dengan Gen Z yaitu generasi Millenial ternyata membutuhkan tips dan juga trik untuk bisa menghadapi generasi yang mana kini sudah mendominasi penduduk Indonesia.

Gen Z yang saat ini berusia 10-25 tahun bisa dikatakan memiliki preferensi tersendiri dalam cara berkomunikasi. Sebagai generasi kelahiran tahun 1997 – 2012, Gen Z lebih memilih komunikasi online dibandingkan komunikasi langsung. Lahir di era teknologi yang berkembang begitu pesat, Gen Z sejak dini sudah berkomunikasi secara online dengan perangkat telekomunikasi digital. Dan ditemukan bahwa sekitar 85 persen Gen Z mempelajari berbagai ilmu pengetahuan melalui media sosial, dan mengobrol dengan teman sebayanya melalui media sosial dan berbagai platform chatting online merupakan hal yang lumrah. Dan hal inilah yang membuat mereka saat ini disebut sebagai generasi streamer.

Tentunya preferensi komunikasi mereka perlu menjadi pertimbangan dalam membangun pendekatan komunikasi dengan Gen Z. Tim konsultan Next Leader yang berpengalaman dalam mengembangkan pemimpin lintas generasi merangkum 5 hal berikut yang perlu dikembangkan oleh pemimpin untuk mampu membangun komunikasi dan kolaborasi sinergis dengan Gen Z.

Cara Berkomunikasi Yang Tepat Dengan Anak Gen Z

Adapun cara yang tepat untuk anak anak dari generasi ini yaitu :

  • Mengubah Pendekatan Kepemimpinan menjadi Mitra

Jika Anda seorang pemimpin atau generasi yang lebih senior dari Gen Z, komunikasi dengan tim Gen Z akan kurang efektif jika kita tetap memposisikan diri sebagai pemimpin dan mereka adalah bawahan. Dimana dengan pendekatan ini, pemimpin biasanya berkomunikasi dengan gaya instruktif, mengontrol sehingga ada jarak dengan lawan bicaranya yaitu Gen Z. Jika hal ini dilakukan maka Gen Z akan cenderung menarik diri dari komunikasi, kurang menghargai, menghindari tanggung jawab. , dan bahkan banyak yang akan meninggalkan pekerjaannya.

Oleh karena itu, kita perlu mengganti positioning diri kita sebagai partner atau sahabat dengan Gen Z, yakni tidak lagi sekedar memerintah, atau bahkan memaksa dan mengancam jika Gen Z melakukan sesuatu diluar ekspektasi kita. Ternyata dengan berkomunikasi sebagai teman, rasa hormat Gen Z terhadap pemimpin dan seniornya semakin meningkat. Mereka juga menjadi lebih bersedia untuk terlibat, bertanggung jawab dan antusias terhadap pekerjaan mereka. Hal krusial yang perlu diperhatikan saat tampil sebagai partner Gen Z adalah kita perlu:

1. Menanyakan ide dari perspektif Gen Z
2. Dengarkan lebih banyak dan tampung pendapat mereka
3. Hargai pendapatnya
4. Libatkan dia dalam tugas-tugas menantang sesuai dengan bakatnya.

Namun tak sedikit pula pemimpin yang bertanya, bagaimana cara menghadapi Gen Z yang sikap kerjanya kurang baik? Apakah mereka tetap menerima hubungan kemitraan ini dan diakomodasi pendapatnya, padahal sikap kerjanya patut ditegur? Nah untuk menjawabnya silahkan simak tips selanjutnya.

  • Membuat Gen Z Takjub, Bukan Takut

Mengenai cara menghadapi generasi Z dengan sikap yang kurang ini, kita perlu memahami terlebih dahulu penyebabnya. Penyebab seseorang memiliki sikap kerja yang tidak biasa adalah karena tidak lagi merasa termotivasi dengan setiap pekerjaannya. Mungkin dikarenakan ada harapan yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kekecewaan, adanya perbedaan pemahaman bahkan konflik di antara mereka.

Dan untuk membuat Gen Z termotivasi dalam bekerja, kita tidak bisa menggunakan pendekatan “ketakutan” seperti ancaman dan hukuman, yang justru akan membuat mereka semakin tidak termotivasi. Namun sebaliknya para pemimpin perlu membuat mereka takjub dengan kompetensi yang dimiliki pemimpin tersebut alias ketrampilan, keahlian yang ditampilkan pemimpin beserta sikap kerjanya.

Buat tim Gen Z terkesan dengan keterampilan yang dimiliki para pemimpin senior. Bagian manajemen SDM juga dapat menjembatani hal tersebut dengan membuat program mentoring, dimana satu senior leader yang berkompetensi tinggi memiliki beberapa mentee Gen Z yang siap dimentor dengan keterampilan dan keahlian khusus. Tentunya di awal juga bisa menanyakan apa cita-cita Gen Z yang kemudian diselaraskan dengan masukan dari pimpinan atau senior mengenai kompetensi yang masih perlu dikembangkan oleh Gen Z.

  • Menghadirkan ciri khas/keunikan Gen Z

Seringkali tanpa kita sadari, kita berkomunikasi dengan membawakan sesuatu yang menarik menurut pendapat kita sendiri. Misalnya, tanpa kita sadari, dalam sebuah pertemuan atau pelatihan yang diberikan kepada peserta Gen Z, kami menjelaskan secara lengkap teori-teori yang melatarbelakanginya. Gen Z yang dikenal pragmatis dan lebih suka belajar lewat media sosial kini mulai kehilangan minat. Niat kami baik yaitu agar pemaparannya tuntas, namun bagi Gen Z mereka belum bisa menerimanya, karena terlalu teoritis dan tidak menarik.